Laman

Senin, 21 Maret 2011

Mengajari Anak Puasa

Ramadhan adalah bulan yang dinanti oleh umat Islam seluruh dunia. Dari segala kalangan, ras, serta suku bangsa menyambutnya dengan suka cita. Laki-laki, perempuan, dewasa atau pun anak-anak berusaha untuk tidak kehilangan atas kegembiraannya.

Untuk anak-anak kita, saya sendiri pernah bertanya, kapan saatnya mengajari anak kita menjalankan ibadah di bulan suci ini khususnya puasa? Kapan mulainya? Seperti apa? Bagaimana melatihnya?. Semua pertanyaan itu dulu pernah saya tanyakan dalam hati saya. Mungkin saya akan coba memberikan kepada anda pengetahuan kecil yang sangat penting untuk anak kita. Saya bukannya guru atau pemuka agama tapi saya pernah membaca hal ini dan mencoba menulisnya di blog ini.

Pelajaran terbaik yang dapat diberikan kepada anak kita khususnya yang masih batita tentunya adalah memberikan contoh. Yang pasti orang tua juga harus berpuasa untuk menjadi tauladan anaknya. Dengan demikian diharapkan anak akan sedikit demi sedikit berpikir dan bergerak untuk meniru.


Hati hati dengan Emosi dalam Mendidik Anak

Para orang tua pasti menginginkan anaknya hidup lebih baik dimasa mendatang. Segala cara ditempuh untuk mendidik buah hatinya. Dengan pemberian gizi yang baik, stimulasi pada otak kecilnya (dengan memperdengarkan lagu klasik, pembelajaran matematika dini dan lain sebagainya juga yang tidak kalah pentingnya adalah pembelajaran tentang disiplin.

Bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras pada anak –yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia- sebaiknya jangan dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang. Begitulah kesimpulan hasil sebuah survei tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang sosiolog dari University of New Hampshire terhadap 991 orang tua.

Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh, malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan. Bukan hanya kepada anak, bayi pun kena bentak. Tetapi biasanya semakin muda usia orang tua, semakin sering pula mereka melakukan tindakan disiplin tersebut.

Perkembangan dan Permainan

Perkembangan anak di pengaruhi permainanya. Mengapa? Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan tersebut. Silahkan dilanjutkan membacanya!

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Sabtu, 19 Maret 2011

Masalah Belajar Anak

Anak menjadi harapan orangtua, dan tanpa disadari orangtua memberikan sejumlah tuntutan kepadanya. Memang Anda berhak merancang kegiatan rutin anak setiap hari, apalagi jika tujuannya menyiapkan bekal skill agar anak unggul dan mampu bersaing

Supaya Anak Mampu Belajar


Orangtua, bagaimanapun adalah pembuat kebijakan di rumah, termasuk soal pendidikan anak. Menyambut era persaingan global, sumber daya manusia dituntut memiliki berbagai keterampilan agar menjadi pribadi unggul. Anak-anak juga dituntut memiliki multitalenta ini. Artinya, anak Anda boleh jadi memiliki tugas yang lebih berat, atau bahkan tuntutan yang lebih tinggi agar tumbuh menjadi pribadi unggul menghadapi tantangan puluhan tahun ke depan. Berbagai aktivitas pembelajaran lantas dibebankan pada anak. Lantas, apakah mereka siap menjalankan semua tugas dalam waktu bersamaan? Jangan lupa, anak juga membutuhkan waktu untuk dirinya, untuk bermain dan beraktivitas fisik, yang menyehatkan tubuh dan pikirannya.
Kondisi inilah yang mengilhami BrainFit untuk hadir di Indonesia. Studio fitnes untuk otak anak asal Singapura ini menyasar anak usia 4-18 tahun. Hanya ada tiga studio BrainFit di Jakarta, yakni di Darmawangsa Square, Kelapa Gading, dan Pantai Indah Kapuk. Kebanyakan murid BrainFit adalah anak-anak dari sekolah internasional di Jakarta. BrainFit Studio Darmawangsa misalnya, 80 persen muridnya adalah anak dari kalangan ekspatriat, dan hanya 20 persennya anak Indonesia.

"Orangtua menginginkan anak melakukan berbagai hal, mereka pun mampu membiayai berbagai kebutuhan anak untuk meningkatkan kemampuannya dengan menjalani berbagai les. Anak boleh jadi memiliki motivasi tinggi dalam menjalani berbagai kegiatan ini, namun tak sedikit dari mereka yang tak memiliki kekuatan untuk mengimbangi berbagai kegiatan. Di sinilah peran BrainFit yang hadir untuk siapa saja. Tujuannya agar anak menikmati kegiatan belajar mereka tanpa kesulitan. Pada akhirnya anak punya kesempatan untuk mengembangkan dirinya," jelas Louise Chan, direktur BrainFit cabang Darmawangsa, kepada Kompas Female.

Anak-anak yang memasuki tingkat empat dan lima dalam sekolahnya, umumnya mulai menghadapi kesulitan belajar. Pada tahap awal, kata Louise, anak-anak masih menjalani pelajaran yang ringan. Namun begitu masuk tingkat empat mereka mulai dihadapkan dengan berbagai pelajaran yang sulit. Pada beberapa anak, kesulitan menerima pelajaran menjadi hambatan untuk menjalani aktivitas yang menumpuk. Anak semakin stres dengan berbagai kegiatan di luar sekolah yang dibebankan kepadanya. Jika otak anak tidak terlatih menjalani multitasking ini, alhasil anak mengalami kesulitan menerima pelajaran dengan maksimal.

"Otak bisa dilatih agar semakin tajam dan menjalankan fungsinya lebih maksimal. Karena itu lima pilar program brain fitness di BrainFit mengakomodasi kebutuhan ini. Sasarannya membantu anak mengatasi kesulitan belajar," jelas Louise.
Lima program fitnes otak untuk anak
Dipandu enam instruktur brain fitness berlatar belakang pendidikan psikologi, anak-anak menjalani lima program yang saling terkait satu dengan lainnya. Program di BrainFit terdiri atas Smart Moves, Smart Vision, Smart Listening, Smart Focus, dan Smart Emotion. 
Louise menjelaskan, Smart Moves dirancang untuk memperkuat motorik dan sensorik anak melalui konsep kegiatan gym seperti menggunakan stability ball, dan lainnya. Lalu, Smart Vision untuk meningkatkan kemampuan visual anak. Smart Listening adalah program untuk membantu anak meningkatkan kemampuan auditori agar anak bisa mengembangkan kemampuan mendengar dan berbahasa dengan baik. Sementara Smart Focus menyasar kebutuhan anak yang memiliki kemampuan konsentrasi dan memori rendah.
"Anak menggunakan helm yang menggunakan sensor. Sensor inilah yang akan memberikan feedback saat anak bermain game di komputer. Informasi dari sensor ini yang akan diolah untuk membantu anak mengatasi masalahnya," lanjut ibu satu anak ini.
Terakhir adalah program Smart Emotion, yang membantu anak melatih otak agar lebih mampu mengatasi stres, mengasah empati, kemampuan bersosialisasi, hingga mengatasi ketidakpercayaan diri.

Dalam seminggu anak menjalani dua sesi untuk masing-masing program. Satu kali sesi dijalani selama satu jam dengan satu kelas dibatasi lima anak. Menurut Louise, hasil akhir yang didapat anak setelah mengikuti berbagai program ini di antaranya anak menjadi lebih percaya diri menjalani berbagai aktivitasnya, lebih bahagia, dan mendapatkan nilai baik di sekolahnya. Anak-anak juga lebih fokus dan konsentrasi menjalani berbagai kegiatan sehari-hari.

"Terjadi perubahan signifikan dalam diri anak setelah mengikuti 20 sesi brain fitness," kata Louise.

Meski orangtua menuntut banyak pada anak, sayangnya sekolah yang justru mereferensi muridnya untuk mendapat bantuan di BrainFit. Dalam hal ini, sekolah internasional yang memiliki perhatian lebih atas perkembangan anak. Meski begitu, BrainFit membangun komunikasi rutin seminggu sekali dengan orangtua.

"Orangtua perlu dilibatkan untuk memantau perubahan perilaku anak di rumah. Biasanya kami berkomunikasi melalui email untuk memberikan update anak. Orangtua juga berhak mengetahui perkembangan anak," tandas perempuan asal Singapura yang ingin memberikan kontribusi untuk pendidikan di Indonesia ini.

Tip Melawan Lelah saat Hamil


Rasa lelah teramat sangat akan dirasa oleh para ibu hamil. Membawa beban lebih dalam tubuh bukan hal yang mudah. Sudah tentu perubahaan hormon serta beban lebih itu akan menjadi suatu hal yang melelahkan. Berikut ini trik-trik untuk mengatasi rasa lelah ibu hamil.

Tidur

Saat rasa lelah menyerang, keinginan untuk berbaring dan beristirahat barangkali adalah hal yang pertama kali terlintas di kepala ibu hamil. Di trimester pertama, saat tubuh sibuk menumbuhkan plasenta bisa jadi hal yang sangat melelahkan. Tidur lebih awal adalah hal yang wajar untuk dilakukan para ibu hamil. Tidur siang juga bisa membantu, tetapi jika aktivitas dan jadwal Anda tidak memampukan Anda untuk tidur cepat, pastikan untuk menambah jam tidur malam lebih banyak, hingga kurang lebih Anda mendapatkan sekitar 9 jam tidur. Sebuah studi terbaru dari American Academy of Sleep Medicine menemukan bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 6 jam (atau lebih dari 10 jam) setiap malam di trimester ketiganya bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Jika Anda sulit tidur akibat buang air terus menerus, cobalah untuk mengambil posisi dengan bertumpu pada telapak tangan dan kedua lutut, seperti ingin merangkak, lalu tunggu beberapa menit, ini akan membantu mengubah posisi si bayi supaya menjauhi kantung kemih Anda dan membuat Anda lebih nyaman.

Tunda tugas di rumah dan berjalan kaki di luar rumah
Mengapa jalan kaki? "Karena berjalan kaki meningkatkan aliran energi yang bisa mendorong energi serta menyebarkan endorfin untuk membuat Anda merasa lebih baik, meski hanya berjalan di sekitar komplek rumah," jelas Virginia R Lupo, MD, spesialis pengobatan ibu hamil di Minneapolis dan pembicara American Congress of Obstetricians and Gynecologists. Karena pusat berat tubuh saat kehamilan terus berubah setiap minggunya, Lupo merekomendasikan untuk mulai berjalan secara perlahan. Anda tak ingin mendorong detak jantung secara mendadak. Anjurannya, perkirakan kecepatan jalan Anda, kira-kira dalam kecepatan yang cukup dan Anda masih bisa bicara. Upayakan jangan membuat diri Anda terengah-engah."

Jangan terlalu merasa bersalah membiarkan pekerjaan di rumah terbengkalai untuk berolahraga. Karena saat berjalan kaki, Anda membantu diri serta si bayi untuk mendapatkan energi. Sebuah studi menemukan hubungan antara pekerjaan rumah dan kelahiran prematur, bukan akibat kelelahan, tetapi akibat kebosanan mengerjakan hal yang sama berulang. Para peneliti berpendapat bahwa mengerjakan tugas yang sama berulang-ulang meningkatkan level hormon stres.

Makan
Anda mungkin tidak akan merasakan kelaparan, Anda mungkin hanya merasa mual. Tetapi Anda butuh zat asupan untuk bayi serta untuk mengusir rasa kantuk. Kadang, saat hamil, para ibu berfokus memikirkan berapa banyak kalori yang harus diasup. Tetapi, untuk mendorong energi, sebaiknya fokuskan diri pada kualitas, bukan kuantitas makanannya. Dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang, makanan berporsi sedikit tetapi sering dalam sehari Anda bisa memastikan tubuh dan si bayi mendapat nutrisi yang diperlukan. Karena jika Anda paksakan hanya makan makanan utama dalam porsi besar, Anda akan merasa kelelahan sesudahnya.

Udara segar
Merasa sesak? Bisa jadi itu dikarenakan energi Anda yang naik-turun. Tak hanya kita lebih cenderung duduk saat ada di dalam ruangan, tetapi kita juga cenderung menghirup udara yang sama dan tidak segar jika terlalu lama di dalam ruangan, dan ini bisa menguras energi dan mengekspos Anda terhadap patogen. Usahakan untuk keluar ruangan sesekali untuk mencari udara segar serta memberi oksigen pada tubuh. Sedikit sinar matahari juga baik, karena bisa bantu meningkatkan vitamin D dalam tubuh.
Dorongan zat besi
Makanan yang kaya zat besi, seperti daging-dagingan bisa bantu dorong energi dan memberi nutrisi penting untuk bayi. Untuk mendapatkan manfaat terbaik, jangan lupa untuk makan makanan yang kaya vitamin C, seperti jus jeruk peras, tomat, serta sayuran berdaun hijau yang membantu tubuh menyerap zat besi. Hindari makan makanan yang kaya zat besi bersamaan dengan susu, yoghurt, atau keju. Susu bisa menghambat penyerapan zat besi yang diperlukan untuk menambah energi. Kelelahan yang teramat sangat bisa jadi gejala kekurangan zat besi. Pastikan Anda mengkonsultasikan keluhan Anda kepada dokter kandungan Anda.

Protein
Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya protein, karena jika Anda kekurangan protein Anda akan merasa lebih lelah. Makanan rendah lemak dan daging unggas adalah sumber yang bisa melawan kelelahan dengan vitamin B6 dan B12, yang penting untuk mengubah nutrisi makanan menjadi energi.

Percikan kesegaran
Memercikkan air dingin pada wajah bisa membantu menyegarkan diri. Jika Anda tak ingin merusak riasan wajah, percikkan air dingin pada titik-titik nadi, seperti pergelangan tangan dan di belakang leher.



sumber: kompas.com

Kamis, 17 Maret 2011

Mendidik Anak dengan Bermain


Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi  kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Jika pengertian bermain dipahami dan sangat kita kuasai, maka kemampuan itu akan berdampak positif pada cara kita dalam membantu proses belajar anak.  Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak, selain itu akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.  Pada saat bermain kita perlu mengetahui saat yang tepat bagi kita untuk melakukan atau menghentikan intervensi.  Karena bila tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya.  Dari bahasa tubuh si anak pun kita sudah dapat mengetahui kapan mereka membutuhkan kita untuk melakukan intervensi.
Pemahaman tentang bermain juga akan membuka wawasan dan menjernihkan pendapat kita, sehingga akan dapat lebih luwes terhadap kegiatan bermain itu sendiri, dan akibatnya akan mendukung segala aspek perkembangan anak.  Yang dimaksudkan adalah kita dapat memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami oleh anak dengan lebih mudah.
Montessori, seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.  Untuk itu, perencanaan  dan persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan seksama sehingga segala sesuatu dapat merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri.
Frobel menyatakan bahwa imajinasi merupakan dunia anak.  Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi anak.  Misalnya, penggaris yang dipegangnya dapat dianggap sebagai pesawat terbang.  Ia juga mencipta kotak kubus yang terdiri dari kubus kecil-kecil dan kemudian berkembang menjadi susunan balok yang beraneka bentuk dan ukuran.  Yang perlu diperhatikan adalah kita dapat memperlihatkan kepada anak adanya hubungan antara satu balok dengan balok berikutnya.  Pada kesempata itu pula anak dapat mempraktekan konsep bahasa, semua itu terjadi pada saat anak bermain.
Dalam proses perkembangan anak melalui bermain, kita akan menemukan 2 istilah yang berbeda yaitu Learning resources dan Educational toys and games.  Seperti yang dikembangkan oleh Piaget (1961) bahwa terdapat beberapa tahapan intelektual anak yaitu:
•    Usia 0 – 2 tahun disebut masa sensorimotor
•    Usia 2 – 7 tahun disebut masa pra-operasional
•    Usia 7 – 11 tahun disebut masa konkrit operasional
•    Usia 11 – 14 tahun disebut masa formal operasional
Pada kedua masa pertama, panca indera berperan sangat besar.  Anak memahami pengertian atau konsep-konsep lewat benda konkrit.  Dengan bermain, anak mendapatkan masukan-masukan untuk diproses bersama dengan pengetahuan apa yang dimilikinya
Sedangkan Montessori (1966) menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang anak untuk menyenangi pembelajarannya.  Bermain dengan media permainan yang dipersiapkan menjadi penting.  Belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.  Disinilah proses pembelajaran terjadi.  Mereka mengambil keputusan, memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar, mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas, bekerja sama dengan teman dan mengalami berbagai macam perasaan (Mayke, 1995)
Bagaimana sebaiknya peran orang dewasa ketika anak sedang bermain ?  Menurut Hughes (1995) menyatakan ada 5 pandangan utama tentang peran kita ketika anak sedang bermain yaitu:
1.    Partisipasi aktif dari orang tua, guru dan pendamping akan sangat bermanfaat bagi anak dalam bermain
sebagai contoh dalam acara bermain teh, tamu-tamuan atau bermain supermarket
2.    Kita berperan sebagai fasilitator.  Contohnya ketika kita bermain jual-jualan.  Kita dapat melontarkan
pertanyaan seperti berapakah harganya ?, apak disini jual susu kotak ? atau apakah harganya bisa                    dikurangi ? dan contoh-contoh lain.  Dalam suasana santai, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memacu anak         untuk memberikan jawaban secara spontan.
3.    Intonasi yang tidak tinggi dan berbicara dengan lembut dapat digunakan untuk menghadapi anak yang                   perilakunya kurang baik.  Dengan kelembutan itu kita akan lebih mudah menyentuh perasaan anak.  Usaha guru          adalah membuat anak mampu menentukan sendiri bagaimana memperbaiki sikapnya.  Namun kelembutan yang               dimaksud tidak boleh diartikan menuruti  semua kemauan anak yang berakibat timbul kesan guru tidak                  tegas/konsisten.  Kelembutan dan kesabaran sangat diperlukan untuk membangun komunikasi dengan anak.                Diharapkan dengan sikap-sikap kita yang lembut dan sabar mampu membantu mereka untuk berpartisipasi secara          aktif dalam membuat segala bentuk peraturan yang berlaku dalam setiap permainan
4.    Ketika berkomunikasi dengan anak, kita perlu memperhatikan bahasa tubuh mereka.  Bahasa tubuh merupakan             ungkapan dari anak ketika mereka sulit memformulasikannya dalam bentuk kalimat.  Tuntunan kepada anak untuk         menformulasikan pikiran harus diperhatikan.  Misalnya pembetulan kalimat-kalimat mereka tidak boleh                 dipaksakan.  Perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan ujaran anak yang bukan merupakan                penggalan kata atau kalimat
5.    Setiap anak memiliki keunikan sendiri.  Dalam bermain kita dapat melihat berbagai keunikan itu secara               nyata.  Misalnya ada anak yang konsentrasi  menyelesaikan satu proses kegiatan, tapi ada juga yang cepat            sekali berpindah kegiatan atau perhatiannya.
Sumber:
Anggani S.   2000. Sumber belajar dan alat permainan. Grasindo
Hughes, F.  1995.  Children, play and development.
Montessori, M.  1966.  The absorbent mind.  Fides Publ.

Kembangkan Bakat Anak


Pada waktu sekarang ini banyak orangtua yang menjejali anak-anak mereka dengan berbagai macam les, walaupun belum tentu anak mememiliki keterampilan. Memang usia sekolah adalah usia yang ideal untuk mengembangkan bakat anak. Bahkan, untuk keterampilan tertentu seperti piano, biola, senam atau balet, lebih dini lagi lebih baik.
Sampai usia 10 tahun, anak masih bisa menyesuaikan dirinya, namun di atas itu rasanya sulit dan sudah agak kaku. Jadi, mungkin dengan pertimbangan ini, banyak anak yang dijejali les ini dan itu oleh ibunya dengan harapan salah satu dari kegiatan itu bisa berbuah.
Perlu Motivasi dan Disiplin
Memasukkan anak dalam berbagai kegiatan adalah bagus, tetapi hendaknya dipertimbangkan pula faktor kelelahan. Sebab semakin banyak kegiatan, setiap hari ada les, anak tentu akan capek dan bisa bisa malah menolak seluruh kegiatan itu.
Pilih kegiatan yang betul-betul sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, bukan karena orangtua yang ingin atau karena dulu ibu dan ayahnya tidak berhasil menjadi penyanyi maka anaknya pun juga diajarkan menjadi penyanyi. Sebab dari pengamatan, banyak terjadi kasus dimana anak merasa terpakasa mengikuti kegiatan tertentu demi ayah atau ibunya.
Mungkin pada anak tertentu pemaksaan ini berhasil, yaitu anak akan menunjukkan prestasi dalam bidang yang diinginkan orangtuanya, tetapi pada banyak anak malah terjadi sebaliknya, anak kurang terdorong dan akhirnya berhenti di tengah jalan.
Yang jauh lebih penting jika orangtua dan anak sepakat untuk mengikuti kegiatan tertentu entah balet, piano atau lainnya adalah dorongan dan disiplin latihan. Jangan anak hanya berlatih saat les saja, tetapi justru latihan di rumah yang penting.
Mengembangkan bakat anak memang membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang ekstra sebab membutukan proses dan bukan mendadak menjadi bisa. Kalau kita membaca cerita atlet kita yang sukses, maka terlihat itu adalah hasil kerja keras bertahun tahun dan disiplin yang tinggi, baik anak maupun orangtua sejak dini. Memang ada yang mengibaratkan bakat dengan tanaman di mana memerlukan perawatan, perhatian, air, dan pupuk sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sehat.
Perlu Saingan
Sebagian orang berpendapat bahwa kita tidak boleh membanding-bandingkan anak dengan anak lain sebab akan mematikan motivasi anak. Tetapi ada juga yang berpendapat lain bahwa saingan tetap diperlukan bagi anak agar bisa mempunyai patokan yang jelas tentang apa yang dituju.
Saingan memang diperlukan tetapi hendaknya orangtua mencari saingan anak dengan grade yang tidak terlalu jauh dari diri anaknya, sehingga anak merasa bisa dan mampu menjangkaunya.
Dalam membandingkan anak dengan anak lain memang harus hati-hati jangan justru menjadi bumerang yang akhirnya anak malah mogok. Orangtua harus meyakinkan anak bahwa, ”Kamu pasti bisa, ibu yakin…. Kalau temanmu bisa, kamu juga bisa asal kamu rajin belajar.”
Bakat Bisa Hilang
Setiap manusia mempunyai bakat, jadi tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa kamu tidak berbakat. Yang jelas dalam hal ini kita belum tahu persis bakat kita itu apa dan untuk itu perlu bantuan lingkungan dalam menggalinya. Sebaliknya bakat yang ada kalau tidak dikembangkan bisa hilang.


Daftar Pustaka
Hawadi Akbar, Reni. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo

Cara Mengenali Bakat


Bakat adalah sebuah talenta dari Tuhan yang diberikan kepada kita untuk mengembangkan diri. Bakat itu sendiri berupa pola pikir, kepandaian atau kemampuan yang kita miliki sejak lahir. Walaupun kita memiliki talenta, jika kita tidak berusaha untuk membukanya maka talenta yang diberikan Tuhan akan menjadi sia-sia. Jadi Usaha dan Talenta adalah Jalan untuk sukses bagi seseorang didalam kehidupannya
Sudahkah anda mengetahui bakat yang dimiliki? Namun jika belum tahu apa bakat yang dimiliki, belum terlambat untuk mengetahuinya. Anda hanya butuh empat kunci berikut untuk mengeluarkan potesi Anda yang sesungguhnya.
1. Keahlian
Pernahkah Anda mempelajari sesuatu yang benar-benar baru dan ternyata Anda dapat menguasainya dengan mudah? Atau mengerjakan sesuatu lebih cepat dari rekan lain? Bisa jadi, itulah bakat yang sedang memanggil, menunggu Anda melepaskan dan mengembangkannya.
Jika Anda dengan mudah bisa menyelesaikan sebuah perhitungan saat orang lain menyumpahi kalkulator, itu artinya bakat Anda sebagai seorang akuntan atau banker sedang berusaha muncul dan menyapa Anda. Nah, pikirkanlah hal-hal yang begitu mudah bagi Anda tetapi tidak bagi teman-teman. Kemudian, perhatikan bakat apa yang tengah bekerja pada diri Anda.
2. Ketertarikan
Cara lain menemukan bakat adalah dengan memikirkan hal-hal yang begitu Anda inginkan. Seringkali hal-hal yang menarik perhatian selalu berkaitan dengan kemampuan alami atau bakat. lni merupakan suatu pola konsisten dalam hidup dan bukan sekadar cara menghabiskan waktu alias hobi semata.
Nah, coba pikirkan apa yang paling Anda ingin lakukan seharian? Menonton film? Melatih hewan? Menata barang? Memainkan alat musik? Atau membaca buku? Sesuatu itu tidak harus yang menjadi ambisi Anda, meski ambisi merupakan petunjuk kuat adanya bakat yang tengah bekerja. 
Jika Anda seorang pembaca yang tekun atau rajin menulis di blog, bisa jadi bakat tersembunyi Anda adalah menulis. Atau bisa saja ketertarikan pada buku membawa Anda pada karier kepustakaan, penerbitan, dan lain-lain.
3. Kepuasan
Apa yang membuat Anda merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam bekerja? Pekerjaan apa yang membuat Anda begitu hanyut dan merasa tak ingin berhenti saat mengerjakannya? Bagi para atlet, perasaan hanyut sering terjadi ketika mereka berolahraga. Sementara bagi para ahli komputer, perasaan hanyut terjadi ketika mereka menghadapi piranti lunak.
Dalam keadaan hanyut, kita memang menjadi sangat terfokus pada kesempatan untuk menggunakan bakat. Alhasil, pola gelombang otak kita saat itu begitu mirip dengan pola gelombang otak ketika kita tertidur lelap. Nah, sekarang apa yang membuat Anda terhanyut? Jika Anda belum juga menemukan, pikirkan suatu kegiatan yang membuat Anda terlibat sepenuhnya. Mungkin bakat Anda ada di sana.
4. Kebiasaan
Pernahkah Anda dipuji karena kemampuan atau sikap Anda? Misalnya, orang menilai Anda sebagai karyawan yang sangat teratur atau ide pemasaran Anda hebat, atau Anda pendengar yang baik, dan lain sebagainya. Lewat komentar orang-orang di sekitar, Anda juga bisa mengetahui kemampuan alami Anda.
Ketrampilan alami memang bisa muncul dalam berbagai cara. Namun, kadang kita menganggapnya biasa saja karena ketrampilan itu sudah sangat melekat sehingga hampir tak disadari kehadirannya.
Lalu, bagaimana mengenali bakat itu? Coba cermati apa yang membuat orang tertarik pada Anda, mengenali Anda atau terfokus pada Anda? Apakah Anda menjadi tempat curahan hati teman-teman? Atau mereka selalu meminta pendapat Anda soal pakaian? Nah, di sanalah bakat Anda tersimpan. Anda hanya perlu mencari kesempatan untuk mengembangkannya.
Di bawah ini ada beberapa buku yang bisa membantu anda untuk menemukan dan mengembangkan bakat anda.

Pupuk Bakat Anak


Orangtua menjadi kunci utama dalam upaya mengasah dan memupuk bakat anak. Sebab, bakat yang dimiliki anak berpotensi membantu si buah hati menjalani kehidupannya kelak.

Setiap individu yang dilahirkan memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda. Ada anak yang berbakat dalam hal seni, menulis, olahraga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini peranan orangtua dalam memupuk bakat anak sejak usia dini agar berkembang secara optimal adalah sangat penting karena dengan memiliki jiwa seni yang tinggi, misalnya anak menjadi lebih cerdas dan kelak akan bermanfaat bagi pengembangan kehidupan si anak di masa depannya.

Saat ini anggapan bahwa tingkat kecerdasan anak hanya diukur dari kemampuan mengerjakan soal matematika atau pelajaran eksakta dibanding pelajaran lainnya atau disebut intelligence quotient (IQ) sudah ketinggalan zaman. Tingkat intelektualitas juga diukur dari tingkat spiritualitas (spiritual quotient/SQ) dan emosionalnya (emotional quotient/EQ).
Dan bakat seni merupakan upaya untuk meningkatkan sisi SQ dan EQ anak. Memang, harus disadari bahwa seorang anak mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat, serta minat yang berbeda-beda. Bahkan kemampuan itu tidak sama seperti bakat yang dimiliki orang tuanya. Karena itu, orangtua yang suka memaksa agar anaknya menjadi anak yang dicita-citakan orangtuanya, tanpa peduli dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki si buah hati merupakan perlakuan yang salah.

Contohlah apa yang dilakukan Titin Suparya, 35. Anaknya, Fauziah Nada Riyanto, 11, sejak kecil sudah hobi melukis. Bahkan, saat duduk di bangku TK, dinding rumahnya habis dicoret-coret oleh anaknya itu. Tidak hanya dinding, di buku tulis Fauziah juga tidak ada ruang kosong kecuali gambar dari tangannya sendiri.

Alih-alih memarahi, Titin malah senang.Gambar anaknya tersebut meskipun masih belum berbentuk tetapi terlihat indah. Dia berusaha memahami bahwa anaknya memang memiliki bakat untuk melukis. Pada saat TK itu pun dia mulai memberikan arahan anaknya agar lebih serius menekuni bakatnya tersebut.

“Saya ajarkan dia melukis yang benar, belajar juga sama seorang perupa. Dia juga saya ikutkan lomba mewarnai dan sebagian besar menang,” tuturnya bangga.

Kini, sudah sekitar 200 piala dan piagam penghargaan lomba lukis sudah menghiasi rumah mereka. Tidak hanya itu, Fauziah juga termasuk anak yang cerdas. Meskipun bakat seninya menonjol, namun kemampuan pelajaran akademis lainnya juga jago.
Tidak heran, saat duduk di bangku SD di SDN 20 Bengkulu, juara kelas dan juara umum selalu diraihnya. Fauziah juga sempat mengikuti olimpiade pelajaran eksakta dan berhasil menggondol medali. Titin mengaku, dirinya tidak mau memaksakan kehendak pribadi akan seperti apa anaknya kelak dewasa nanti. “Terserah dia mau jadi apa, yang terpenting memberikan yang terbaik,” tandasnya.

Saat menekuni seni, Titin mengemukakan banyak dampak positif yang diterima anaknya tersebut.
Di antaranya lebih kreatif, bebas berekspresi, makin peka, dan menumbuhkan kepercayaan diri. Karena kemampuannya itu juga, Fauziah juga mendapatkan teman yang banyak dan tidak bermasalah di pergaulannya.

Berbeda dengan Titin, Wesli, 50, memiliki anak yang berbakat di bidang musik. Dia mengaku, kemampuan buah hatinya itu memang diturunkan dari dirinya yang memang hobi bermain musik.
Meski begitu, Wesli tidak serta-merta mencekoki anaknya itu untuk bisa menekuni musik.

Kemungkinan, Farly Andharesi, 13, hanya mengamati ayahnya itu saat berlatih. “Dia melihat saya bermain musik, makanya mungkin jiwanya sudah suka. Makanya umur 5 tahun dia minta diajarkan musik yaitu main piano. Dan saya juga mengundang guru musik,” tuturnya.

Selain bermain musik, Farly juga piawai mengolah vokal dan menciptakan lagu. Saat ini sudah sekitar 15 lagu yang sudah dia ciptakan. Tema lagunya berbeda-beda tergantung apa yang terlintas di kepalanya saat itu. “Ada yang persahabatan, keluarga, lingkungan hidup, cinta Tanah Air, dan banyak lagi,” kata Farly asal Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam. Karena bakatnya itu, Farly berhasil membawa pulang banyak hadiah dari perlombaan di bidang musik, baik menyanyi maupun mencipta lagu.

Fauziah Nada Riyanto dan Farly Andharesi merupakan salah satu bakat-bakat muda dan cerdas yang merupakan mutiara penerus bangsa. Kebetulan keduanya merupakan salah satu pemenang Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2010.
Fauziah menjadi pemenang pertama di kategori lomba lukis SD. Sementara, Farly pada kategori lomba cipta lagu SMP.

Pelaksanaan lomba dan pengumuman pemenang telah diselenggarakan pada Senin (26/7) lalu di Istana Kepresidenan Tampak Siring, Gianyar, Bali. Acara yang merupakan kerja sama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bersama Kementerian Pendidikan Nasional ini juga dihadiri oleh residen Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta Ibu Ani Yudhoyono.

Turut hadir mendampingi Presiden, di antaranya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh,Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, Menteri Negara BUMN Darwin Zahedi Saleh, dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi.

Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2010 merupakan upaya optimal dari pemerintah dalam memahami pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian guna membangun karakter bangsa, khususnya pengembangan karakter bangsa sejak dini. Kegiatan ini merupakan yang kelima kalinya diselenggarakan.

Tema yang diambil tahun ini adalah “Kenali dan Cintai Budaya Negerimu”, di mana anak-anak diajak memahami, memaknai, serta mencintai keindahan dan keelokan negeri ini. Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional 2010 diikuti oleh 231 peserta hasil seleksi tingkat provinsi. Setiap provinsi diwakili satu peserta yang terdiri atas 99 anak SD dan 132 pelajar SMP.

Dalam sambutannya, Presiden SBY meyakini bangsa ini tidak akan pernah mengalami krisis seniman dan budayawan besar di masa mendatang. Hal itu karena dia menilai besarnya potensi dan bakat anak-anak Indonesia di bidang kesenian dan kebudayaan.