Laman

Jumat, 10 Juni 2011

Perbedaan Budi dan Perasaan


Budi:
Menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (1998), budi= mind, reason, right thinking. Mind= pikiran. Reason= sebab, alasan. Right thinking= berpikir benar. Budi merupakan produk dari prasangka yang bersifat positif, sebagai hasil dari aktivitas baik (terpuji) terhadap suatu obyek yang munculnya disengaja maupun tidak disengaja.
 
Prasangka dapat bersifat positif dan atau bersiat negatif. Sedangkan prasangka itu sendiri merupakan produk pikir manusia. Dengan demikian budi juga merupakan produk pikir secara baik dari manusia.
 
Manusia untuk dapat berpikir baik, yakni berpikir korektif dan logis-dialektis dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu sebagai berikut:
1.    Cintailah kebenaran.
2.    Ketahuilah secara sadar apa yang sedang dikerjakan.
3.    Ketahuilah secara sadar apa yang sedang dikatakan.
4.    Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian secara semestinya.
5.    Gunakanlah dan cintailah definisi-definisi secara benar.
6.    Ketahuilah secara sadar mengapa harus menyimpulkan begini atau begitu.
7.    Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta berusahalah untuk mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian pula mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran.
 
Contoh-contoh budi adalah:
Sebagai seorang ilmuwan yang melakukan penelitian secara valid dan reliable, untuk membantu mencarikan solusi permasalahan pembangunan suatu bidang/sektor.
Sebagai seorang dosen yang mempunyai kinerja dan aktivitas maksimal demi kepentingan institusi tempat bekerja, sehingga mampu mengangkat institusi tersebut ke jenjang peringkat yang terpuji. Sebagai seorang yang hidup bermasyarakat yang mampu mencurahkan pikiran dan tenaganya demi kepentingan dan kemajuan lingkungan tempat tinggalnya, tanpa pamrih apapun.
 
Perasaan:
Menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (1998), perasaan= sense of touch, sensitive person, feeling. Touch= sentuhan. Sensitive= peka. Feeling= perasaan. Perasaan adalah rasa tidak menentu dan belum diketahui dampaknya secara pasti, yang bersumber dari suara hati (umumnya bersifat sensitive/peka) terhadap adanya perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat diciptakan/ditimbulkan oleh aktivitas manusia, alam, maupun binatang.
 
Dampak dari perasaan dapat bersifat positif maupun bersifat negatif, dan sangat tergantung oleh kemampuan manusia dalam mengolah hatinya. Perasaan yang dapat memuncukan dampak positif yang idealnya dipelihara, dibandingkan perasaan yang memunculkan dampak negatif. Untuk memunculkan perasaan yang positif, maka sebagai prioritas utama manusia harus beriman kepada Sang Pencipta.
 
Contoh-contoh perasaan yang bersifat positif adalah:
1.    Munculnya rasa puas yang bersumber dari hati seorang peneliti terhadap hasil penelitian, karena penelitian yang dilakukan menggunakan metodologi yang benar dan up to date.
2.    Munculnya rasa puas yang bersumber dari hati seorang dosen terhadap aktivitas proses belajar yang dilakukan, karena proses belajar tersebut dipersiapkan secara baik.
 
Contoh-contoh perasaan yang bersifat negatif adalah:
1.    Munculnya rasa was-was pada seorang peneliti yang akan mempresentasikan hasil penelitiannya, karena merasa bahwa penelitian tersebut tidak dilakukan sesuai dengan metodolologi yang seharusnya dilakukan.
2.    Munculnya rasa was-was pada seorang dosen yang akan memberikan kuliah, karena merasa bahwa materi perkuliahan tidak dipersiapkan secara baik.
 
Kesimpulan :
Jadi, perbedaan secara prinsipiil antara budi dengan perasaan adalah :
·      Budi, merupakan produk dari suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, namun hasilnya bersifat positif.
·      Perasaan, merupakan rasa (sensitiveness) terhadap hasil suatu aktivitas yang bersumber dari hati, yang hasilnya dapat bersifat positif maupun bersifat negatif, tergantung dari upaya yang dilakukan oleh yang bersangkutan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar